Kediri,kabarreskrim.co.id – Peran kepala desa dalam menurunkan angka stunting di tingkat desa terbukti sangat vital. Hal ini disoroti dalam disertasi Dr. Siti Aminah, SST., S.Pd., Bd., M.Kes., yang baru saja menyelesaikan studi doktoralnya di Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, pada Senin (28/7/2025).
Penelitiannya merancang dan menguji sebuah pendekatan berbasis kepemimpinan transformasional sebagai strategi inovatif dalam pengentasan stunting di wilayah pedesaan.
Model tersebut mengandalkan empat pilar utama, yakni: pengaruh ideal, motivasi inspirasional, rangsangan intelektual, dan perhatian individu. Keseluruhan aspek ini terbukti berdampak positif terhadap keberhasilan perencanaan dan pelaksanaan program desa yang berfokus pada pencegahan stunting.
“Riset ini memberikan perspektif baru karena melihat stunting dari sisi kepemimpinan, bukan semata pendekatan gizi,” terang Prof. Trias Mahmudiono, SKM., M.PH (Nutr), GCAS, Ph.D., selaku promotor utama.
Ia menambahkan bahwa kepala desa merupakan aktor utama dalam penggerak kegiatan posyandu dan program kesehatan berbasis masyarakat. Oleh karena itu, temuan ini bisa dijadikan dasar untuk menyusun program pelatihan kepemimpinan yang lebih spesifik bagi para kepala desa.
Ko-Promotor I, Dian Ekowati, SE., M.Si., M.AppCom(OrgCh), Ph.D., turut menegaskan bahwa keberhasilan penanganan stunting sangat tergantung pada kemampuan adaptif gaya kepemimpinan tiap kepala desa. “Kepemimpinan yang fleksibel terhadap kebutuhan masyarakat terbukti lebih efektif mengatasi persoalan kompleks seperti stunting,” ungkapnya.
Sementara itu, Ko-Promotor II, Dr. Muji Sulistyowati, SKM., M.Kes., memaparkan bahwa model ini juga memanfaatkan pendekatan Health Belief Model (HBM) untuk menganalisis perilaku kepala desa dalam pengalokasian anggaran. “Keyakinan terhadap manfaat tindakan dan persepsi ancaman kesehatan anak menjadi pendorong utama dalam keputusan anggaran,” jelasnya.
Di bagian akhir disertasinya, Dr. Aminah merekomendasikan beberapa langkah strategis. Di antaranya, perlunya pelatihan kepemimpinan bagi seluruh kepala desa, penguatan regulasi terkait penganggaran program stunting, serta pentingnya perumusan rencana aksi yang terstruktur dan dapat dievaluasi secara berkala.
Langkah-langkah seperti peningkatan transportasi kader kesehatan, pengelolaan fasilitas layanan dasar, kampanye kesadaran masyarakat, hingga kolaborasi dengan pihak swasta, disarankan untuk diintegrasikan dalam strategi pencegahan stunting yang berkelanjutan.
“Semoga pendekatan ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam menurunkan angka stunting, tidak hanya di Kediri, tetapi juga di daerah-daerah lain di Indonesia,” tutur Dr. Siti Aminah yang juga aktif sebagai dosen di Universitas Kadiri.(RED.AL)
0 Komentar