May Day 2025, Makam Marsinah di Nganjuk Jadi Titik Doa Buruh, 500 Personel TNI-Polri Disiagakan

 


NGANJUK, kabarreskrim.co.id – Dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day 1 Mei 2025, ribuan buruh dari berbagai daerah mengalir ke Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk. Mereka datang untuk berziarah dan menggelar doa bersama di makam Marsinah, simbol perjuangan buruh yang gugur pada masa Orde Baru.

Sejak pagi hari, suasana di sekitar makam Marsinah dipadati para peziarah yang datang secara bergelombang. Untuk menjaga ketertiban dan keamanan, sekitar 500 personel gabungan dari TNI, Polri, dan instansi terkait diterjunkan. Fokus pengamanan tersebar mulai dari jalur perbatasan Mengkreng (Kediri) hingga simpang tiga jalan utama menuju lokasi makam.

Kapolres Nganjuk AKBP Henri Noveri Santoso menegaskan bahwa aparat telah bersiaga di berbagai titik strategis yang menjadi jalur masuk ke Nganjuk. "Pengamanan melibatkan 436 personel dari Polri dan sisanya dari TNI serta unsur pendukung lainnya. Ini untuk memastikan kegiatan berlangsung aman dan tertib," jelas Henri usai memimpin apel gelar pasukan, Kamis (1/5/2025).

Forkopimda Nganjuk turut hadir dalam kegiatan ziarah ini. Mereka memberi penghormatan langsung di pusara Marsinah, sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan buruh dan hak asasi manusia.

Kasat Lantas Polres Nganjuk, AKP Ivan Danara Oktavian, juga menyampaikan bahwa pihaknya bertugas mengawal iring-iringan massa buruh menuju lokasi ziarah. “Kami imbau kepada peserta aksi agar tetap tertib saat berkendara dan mengikuti arahan petugas di lapangan,” ujarnya.

Marsinah, aktivis buruh yang bekerja di PT Catur Putra Surya (CPS), Porong, dikenal luas karena perjuangannya menuntut hak-hak pekerja. Ia diculik dan ditemukan tewas mengenaskan pada 8 Mei 1993 di hutan wilayah Wilangan, Nganjuk. Tragedi kematiannya hingga kini masih menjadi simbol ketidakadilan yang dialami buruh di Indonesia.

Peringatan May Day di makam Marsinah setiap tahunnya menjadi momen refleksi bagi para buruh, tidak hanya untuk memperjuangkan hak-hak normatif, tetapi juga untuk mengenang tokoh-tokoh yang berani bersuara di tengah tekanan kekuasaan.(Red.R)

Posting Komentar

0 Komentar