Sikap Pramono Tiadakan Kembang Api Tahun Baru Demi Empati Korban Bencana

  

Jakarta – Perayaan malam pergantian tahun di Ibu Kota dipastikan berlangsung berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan tidak akan ada perayaan Tahun Baru yang berlebihan, termasuk meniadakan pesta kembang api, sebagai bentuk empati terhadap para korban bencana alam yang melanda Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

Pramono menilai, suasana duka akibat bencana yang menelan banyak korban jiwa dan kerusakan di sejumlah daerah tersebut harus menjadi perhatian bersama. Ia tidak ingin Jakarta justru menampilkan kemewahan dan euforia berlebihan di tengah penderitaan saudara-saudara sebangsa.

“Yang paling utama, tidak ada kemeriahan yang berlebihan, apalagi yang bersifat mewah-mewah. Saya tidak menginginkan itu,” ujar Pramono saat ditemui di kawasan Ancol Barat, Jakarta Utara, Jumat (19/12/2025).

Menurutnya, perayaan Tahun Baru seharusnya dimaknai sebagai momen refleksi, rasa syukur, dan kepedulian sosial, bukan semata-mata pesta hiburan. Oleh karena itu, Pemprov DKI Jakarta akan menyiapkan kegiatan doa bersama dan ruang kontemplasi sebagai wujud solidaritas terhadap masyarakat yang terdampak bencana.

“Nanti akan ada tempat secara khusus untuk kita merenung dan berdoa, terutama berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Tapi saya juga tidak ingin semua orang dilarang bersyukur, hanya saja caranya lebih sederhana,” jelasnya.

Salah satu keputusan penting yang diambil adalah meniadakan pesta kembang api pada malam Tahun Baru. Pramono menyebut kembang api tidak lagi relevan dengan kondisi bangsa saat ini. Sebagai alternatif, Pemprov DKI mempertimbangkan penggunaan pertunjukan drone yang dinilai lebih sederhana, tidak berlebihan, dan tetap memiliki nilai simbolik.

“Saya sudah memutuskan, kembang api menurut saya tidak perlu ada. Pakai drone saja cukup,” tegasnya.

Pramono menambahkan, konsep final perayaan Tahun Baru di Jakarta masih akan dimatangkan dalam waktu dekat. Namun, prinsip utama yang dipegang teguh adalah kesederhanaan, empati, dan kepedulian sosial. Ia menolak keras jika perayaan tersebut justru menonjolkan kemewahan di saat banyak warga di daerah lain masih berjuang di pengungsian.

Lebih lanjut, Pramono memastikan Pemprov DKI Jakarta terus menyalurkan bantuan kemanusiaan ke wilayah-wilayah terdampak bencana. Bantuan tersebut mencakup kebutuhan logistik dan dukungan lainnya, meskipun tidak selalu dipublikasikan ke publik.

“Sampai hari ini Jakarta masih terus memberikan bantuan kepada daerah yang terkena bencana. Hanya saja, saya bukan tipe orang yang harus mempublikasikan semua yang kami lakukan. Yang terpenting bantuan itu sampai dan dirasakan manfaatnya,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa beberapa daerah yang mengalami dampak paling parah mendapatkan perhatian khusus. Bantuan dikirimkan langsung ke kabupaten dan kota terdampak agar penanganan pascabencana bisa berjalan lebih cepat dan tepat sasaran.

Dengan kebijakan ini, Pramono berharap masyarakat Jakarta dapat menyambut Tahun Baru dengan kesadaran sosial yang lebih tinggi, menjadikan momen pergantian tahun sebagai ajang refleksi dan solidaritas nasional, bukan sekadar pesta meriah.

(Red.EH)

Posting Komentar

0 Komentar