JAKARTA kabarreskrim.co.id – Gelombang protes besar di Nepal melahirkan sejarah baru. Untuk pertama kalinya, pemungutan suara digital melalui platform Discord digunakan para demonstran muda anti-korupsi untuk menentukan perdana menteri interim.
Hasilnya, Sushila Karki (73), mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal, terpilih sebagai perdana menteri perempuan pertama di negeri Himalaya itu. Ia akan memimpin pemerintahan sementara setelah kabinet KP Sharma Oli tumbang akibat unjuk rasa berdarah terkait korupsi dan nepotisme.
Nepal dijadwalkan menggelar pemilu pada 5 Maret 2026 untuk menentukan perdana menteri definitif. Hingga saat itu, Karki dipercaya memegang kendali negara.
Dukungan Generasi Muda
Pelantikan Karki dipandang sebagai simbol perlawanan terhadap praktik korupsi dan nepotisme. Dukungan besar datang dari generasi muda, khususnya Gen Z.
Komunitas “We Nepali Group” menjadi salah satu penggerak utama yang mengusulkan nama Karki. Dalam sebuah pertemuan akbar yang dihadiri lebih dari 5.000 anggota, mayoritas suara bulat mendukung dirinya.
“Ketika ribuan pemuda turun ke jalan menuntut perubahan dan kebebasan digital, nama Karki langsung mengemuka sebagai simbol reformasi,” tulis media lokal.
Rekam Jejak Sushila Karki
Sushila Karki bukan sosok asing di panggung hukum Nepal. Ia menjabat sebagai Ketua MA pada 2016, menjadi perempuan pertama yang menduduki posisi tersebut.
Ia dikenal berani dan tegas, terutama dalam menangani kasus korupsi serta isu terorisme. Salah satu langkah besarnya adalah menjatuhkan vonis kepada Jay Prakash Gupta, Menteri Teknologi Informasi kala itu, pada 2012—menjadi menteri aktif pertama yang dipenjara karena korupsi di Nepal.
Keputusan-keputusannya kerap memicu ketegangan dengan eksekutif. Pada 2017, parlemen bahkan sempat mengajukan mosi pemakzulan terhadap dirinya karena dianggap terlalu ikut campur dalam perselisihan pengangkatan Kepala Polisi.
Latar Belakang Akademik
Karki memulai karier hukum sebagai advokat di Biratnagar pada 1979. Sebelumnya, ia meraih gelar master ilmu politik dari Banaras Hindu University (BHU), Varanasi, India, pada 1975.
Di kampus tersebut, ia aktif tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga dalam kegiatan budaya. “BHU memberi saya fondasi akademik dan kesempatan belajar di luar kelas. Saya pernah ditawari mengajar dan menempuh PhD di sana, tetapi mungkin takdir saya memang menjadi hakim,” ujarnya mengenang, dikutip dari Himalayan Times.
Dengan legitimasi kuat dari pemuda dan rekam jejak antikorupsi, Sushila Karki kini menjadi simbol harapan baru bagi Nepal yang tengah berjuang keluar dari krisis politik.
0 Komentar