Menjelang Kongres, PSI Memanas: Kaesang dan Jokowi Jadi Sorotan Utama

   


Surabaya, kabarreskrim.co.id Jelang penyelenggaraan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dijadwalkan pada Juli 2025, dinamika internal partai yang identik dengan warna merah itu mulai menunjukkan tensi tinggi. Aroma persaingan kepemimpinan menyeruak setelah dua nama besar mencuat sebagai kandidat potensial Ketua Umum: Kaesang Pangarep dan Presiden Joko Widodo.

Fenomena ini cukup mengejutkan, mengingat belum pernah sebelumnya PSI diwarnai ketegangan internal sebesar ini. Namun, banyak pihak menilai bahwa dinamika ini justru memperlihatkan bahwa PSI tengah berada di fase pertumbuhan sebagai partai yang mengusung keterbukaan dan partisipasi.

1. Kaesang dan Jokowi Diusulkan Jadi Ketua Umum Baru

Nama Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi, dan sang Presiden sendiri secara tiba-tiba menjadi buah bibir di kalangan kader PSI. Keduanya dinilai memiliki pengaruh yang kuat untuk membawa partai naik kelas secara elektoral.

"Di akar rumput, baik Mas Kaesang maupun Pak Jokowi dianggap memiliki kapasitas untuk memimpin PSI. Ini menjadi perbincangan serius di banyak DPD dan DPW," kata Bagus Panuntun, Ketua DPW PSI Jawa Timur.

2. Kader PSI Jatim Terpecah dalam Dukungan

Situasi di wilayah Jawa Timur mencerminkan polarisasi yang semakin jelas. Sebagian kader bersikap realistis dan mendukung Kaesang sebagai wajah baru, sementara sebagian lainnya masih berharap Jokowi dapat menjadi simbol pemersatu yang mampu memperkuat posisi partai menjelang Pemilu 2029.

“Perbedaan dukungan bukan konflik. Ini cerminan kedewasaan demokrasi di internal partai. PSI sedang berproses menjadi organisasi politik yang matang,” tambah Bagus.

3. Kongres Terbuka, Semua Anggota Punya Hak Suara

PSI menegaskan bahwa kongres mendatang akan digelar secara demokratis dan terbuka untuk seluruh anggota yang terdaftar. Sistem pemilihan dirancang agar semua kader bisa berpartisipasi langsung dalam menentukan arah kepemimpinan.

"Calon Ketua Umum harus mendapatkan minimal dukungan dari lima DPW provinsi serta 20 DPD kabupaten atau kota untuk dapat mendaftarkan diri," jelas Bagus.

4. Adu Gagasan di Tengah Polarisasi Kaesang vs Jokowi

Di tengah perbedaan preferensi kader, pertarungan ide dan visi menjadi sorotan menarik. Debat terbuka antara kubu pro-Jokowi dan pendukung Kaesang dinilai sebagai hal positif oleh pengamat politik.

“Kami justru bangga. Perdebatan ini bukan soal siapa menang, tapi soal siapa yang paling mampu membawa PSI ke jenjang lebih tinggi dengan gagasan dan strategi konkret,” kata Bagus menegaskan.

5. Setelah Kongres, Semua Harus Bersatu

Apa pun hasil kongres, PSI menekankan pentingnya menjaga persatuan. Ketua terpilih nantinya diharapkan mampu menggalang seluruh kekuatan partai untuk fokus pada agenda besar: memenangkan hati rakyat di Pemilu mendatang.

"Siapa pun yang terpilih, seluruh kader wajib satu barisan. Konsolidasi pasca-kongres akan menjadi prioritas agar semangat solidaritas tidak hanya menjadi slogan, tetapi juga praktik nyata," tutup Bagus.

Isu ini menjadi penting bukan hanya bagi internal PSI, tetapi juga bagi konstelasi politik nasional, terutama jika Jokowi benar-benar bersedia memimpin partai pasca-jabatannya sebagai Presiden RI.

Posting Komentar

0 Komentar