Menengok Kemegahan Gereja Merah Kediri, Bagunan Cagar Budaya Berusia 118 Tahun




Kediri,  kabarreskrim.co.id – Di Kota Kediri, Jawa Timur punya sebuah gereja yang berusia lebih dari 100 tahun, dan menjadi cagar budaya di Tanah Air.

Namanya Gereja Merah. Sebuah gereja yang terletak di Bundaran Sekartaji, Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.

Yang paling populer dari Gereja Merah Kediri, tempat ibadah ini menyimpan Kitab Injil kuno berusia ratusan tahun.

Meski berusia sudah lebih dari 100 tahun, namun gereja ini nampak masih kokoh, sebagai langkah awal pembangunan gereja, untuk jemaat protestan di Kediri dan sekitarnya.

Gereja Merah ini sebenarnya memiliki nama asli Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel.

Dari catatan prasasti di sana, Gereja Merah diresmikan pada 21 desember 1904 oleh pendeta Dominus J.A.Broers.

Dominus J.A.Broers adalah pendeta asal Belanda yang diutus pemerintahan Hindia-Belanda yang mengajarkan agama Protestan di Kota Kediri ini.

Baru pada tahun 1948, gereja ini diserahkan pemerintah Belanda kepada pengurus gereja asli pribumi.

Nama Gereja Merah kemudian digunakan pada sekitar tahun 1996 setelah seorang pendeta kala itu memutuskan merubah warna gereja dari putih gading ke warna merah.

Hingga kini, warna tersebut dipertahankan sebagai ciri khas gereja yang masuk dalam cagar budaya ini.

Arsitektur gereja merah ini sangat khas dengan gaya era kolonial Belanda. Terdapat pintu dan jendela yang masih asli terbuat dari kayu jati dan bangunan yang terbuat dari batu bata.

Kaca, mimbar, kursi dan lemari di Gereja Merah atau GPIB Immanuel ini juga masih belum mengalami perubahan.

Yang menarik, Gereja Merah menyimpan Kitab Injil kuno berbahasa Belanda yang telah berusia satu abad lebih.

Kitab Injil kuno dengan ukuran 43 x 29 cm, dengan ketebalan 10 cm tersebut diterbitkan pada September 1867 oleh de Nederlandtche Bijbel Compagnie dengan bahasa Belanda.

Kitab Injil tersebut disimpan di kotak kaca di altar gereja. Meski warna kertasnya telah berubah setengah cokelat namun tulisannya masih jelas dan dapat terbaca.

“Kitab Injil ini bertahan lama karena dilapisi dengan sampul kulit yang cukup tebal,” kata Septy Bertas Lilung Sir, Pendeta Gereja Merah.

Sementara itu, menjelang momentum perayaan natal ini, Gereja Merah mulai dipercantik dengan pernak-pernik natal yang sudah mulai terpasang di dinding gereja, termasuk juga adanya pohon natal. [hum.aw]

 

Posting Komentar

0 Komentar