Jakarta – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) terus memperkuat penanganan dampak kesehatan pascabencana di Aceh dengan mengerahkan ratusan tenaga medis. Pada Sabtu (20/12/2025), Kemenkes kembali memberangkatkan 126 relawan tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, hingga tenaga pendukung kesehatan lainnya ke sejumlah wilayah terdampak paling parah.
Pengiriman relawan ini merupakan bagian dari total sekitar 600 tenaga medis yang dialokasikan untuk menangani lonjakan penyakit serta trauma psikologis masyarakat pascabencana di wilayah Sumatera, khususnya Aceh. Para relawan akan difokuskan ke daerah-daerah dengan tingkat kerusakan berat dan akses yang masih terbatas.
Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes RI, dr Yuli Farianti, M Epid, mengatakan pelepasan relawan ini merupakan bentuk pengabdian dan kepedulian tenaga kesehatan terhadap masyarakat yang sedang tertimpa musibah.
“Bismillahirrahmanirrahim, hari ini saya melepas para relawan. Mereka adalah tenaga medis yang terketuk hatinya, ikhlas ingin mengabdikan diri. Sudah saatnya kita melayani masyarakat, khususnya saudara-saudara kita yang terdampak bencana di Aceh,” ujar Yuli saat pelepasan relawan di Bandara Soekarno-Hatta.
Yuli menjelaskan, Kemenkes sejatinya telah mengirimkan tenaga medis sejak tiga hari pertama pascabencana. Namun, pengiriman kali ini dilakukan secara lebih terkoordinasi agar penanganan kesehatan dapat berjalan lebih efektif dan menyeluruh.
“Sejak tiga hari setelah bencana, kita sudah mengirim tenaga medis, namun belum terkoordinasi seperti sekarang. Ini adalah semangat pengabdian dan semangat Pancasila untuk membantu sesama,” ungkapnya.
Pada tahap awal, sekitar 70 tenaga medis telah lebih dulu berada di Aceh dan Medan. Selanjutnya, pada Sabtu ini, sebanyak 126 relawan diberangkatkan ke daerah-daerah dengan tingkat kerusakan berat seperti Bener Meriah, Takengon, Aceh Utara, dan Gayo Lues. Beberapa wilayah tersebut diketahui memiliki medan yang cukup sulit, bahkan ada lokasi yang hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki akibat keterbatasan akses kendaraan.
“Medannya sangat berat. Ada daerah yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 15 menit karena akses kendaraan tidak memungkinkan,” jelas Yuli.
Kemenkes juga memastikan pengiriman relawan akan terus dilakukan secara bertahap. Pada hari berikutnya direncanakan 207 tenaga medis tambahan akan diberangkatkan, disusul 87 orang pada hari selanjutnya. Dengan demikian, hingga 22 Desember 2025, jumlah total relawan yang diterjunkan diperkirakan melampaui 600 orang.
Tenaga kesehatan yang dikerahkan berasal dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari dokter spesialis mata, spesialis saraf, bedah saraf, spesialis anak, dokter umum, perawat, bidan, psikolog klinis, hingga psikiater. Penanganan tidak hanya difokuskan pada penyakit fisik yang meningkat pascabencana, tetapi juga pemulihan kesehatan mental atau trauma healing bagi para penyintas.
“Untuk penanganan trauma pascabencana, psikolog dan psikiater akan lebih banyak ditempatkan di posko-posko pengungsian,” terang Yuli.
Para relawan ini berasal dari berbagai rumah sakit pusat dan daerah, seperti RS Mata Cicendo, RSUP Dr Sardjito, RSUP Persahabatan, hingga RSJ Marzoeki Mahdi. Mereka akan bertugas di rumah sakit, puskesmas, dan posko pengungsian sesuai kebutuhan di lapangan. Selain itu, Kemenkes juga mengerahkan tenaga laboratorium, tenaga kesehatan lingkungan, ahli gizi, serta tenaga pendukung lainnya guna memastikan layanan kesehatan berjalan secara komprehensif.
Salah satu relawan, dokter spesialis mata dari RS Mata Cicendo, dr Chani Sinaro Putra, SpM, menyebut para tenaga medis telah dibekali persiapan fisik dan mental sebelum diterjunkan ke lokasi bencana.
“Kami mempelajari kondisi medan dan potensi penyakit yang mungkin dihadapi. Obat-obatan sudah disiapkan dan didistribusikan agar kami bisa mendukung tenaga kesehatan setempat secara optimal,” ujarnya.
Kemenkes berharap kehadiran ratusan relawan ini dapat mempercepat pemulihan kesehatan masyarakat terdampak, baik secara fisik maupun psikologis, sekaligus meringankan beban tenaga kesehatan daerah yang bekerja di tengah keterbatasan pascabencana.
(Red.EH)
0 Komentar