Gua Selomangleng Dibersihkan: Jejak Jelaga, Lilin, dan Vandalisme Terkuak dalam Proyek Konservasi Perdana

   


 kabarreskrim.co.id-Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur memulai aksi pelestarian di salah satu situs bersejarah Kota Kediri, Gua Selomangleng. Kegiatan konservasi dimulai sejak Selasa (10/6) dan menandai kali pertama kawasan cagar budaya ini dibersihkan secara menyeluruh.

Salah satu fokus utama dalam kegiatan ini adalah pembersihan ruang dalam gua dari tumpukan jelaga bekas dupa dan residu lilin yang menempel di dinding dan lantai akibat aktivitas ritual yang rutin dilakukan pengunjung. Selain itu, tim konservasi juga menemukan aksi vandalisme berupa coretan dan tulisan berwarna di beberapa sudut gua.

Pamong Budaya Ahli Pertama BPK Wilayah XI, Ira Fatmawati, menjelaskan bahwa jejak vandalisme baru terlihat setelah proses pembersihan dilakukan. “Ternyata coretan itu tersembunyi di balik jelaga yang menumpuk. Begitu lapisan hitam dibersihkan, baru terlihat ada grafiti dan tulisan yang merusak nilai sejarahnya,” ungkap Ira.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa temuan ini berada di luar dugaan timnya. Sebab sebelumnya, coretan tersebut tidak terdeteksi karena tertutup lapisan kotoran yang telah menumpuk selama bertahun-tahun.

Pembersihan Luar dan Dalam Gua Dilakukan Bertahap

Tidak hanya bagian dalam gua, upaya konservasi juga dilakukan di area luar dan pada fasad gua, yang kini mulai ditumbuhi lumut, alga, lichen, serta tanaman liar seperti paku-pakuan. Jika dibiarkan terus-menerus, pertumbuhan mikroorganisme tersebut dapat mempercepat kerusakan batuan gua.

“Untuk menanggulangi pertumbuhan lumut, kami menggunakan bahan alami berupa minyak atsiri sereh wangi dengan konsentrasi 10 persen. Setelah organisme mati, kami bersihkan menggunakan metode mekanik basah,” jelas Ira, menekankan bahwa semua metode telah mengacu pada hasil kajian konservasi tahun 2023 dan mengikuti standar operasional prosedur (SOP) konservasi cagar budaya.

Bahan Kimia Dipilih Sesuai Fungsi

Dalam proses membersihkan jelaga dan kotoran, tim konservasi sempat melakukan serangkaian uji coba untuk menentukan bahan paling efektif. Akhirnya, white spirit dipilih sebagai pelarut utama untuk membersihkan jelaga.

Sementara itu, untuk menghapus cat vandalisme, digunakan bahan kimia ethyl acetate yang diaplikasikan sambil disikat secara hati-hati. Sisa-sisa lilin dibersihkan secara manual agar tidak merusak permukaan batuan gua.

Respon Pemkot: Usulan Konservasi Sudah Lama Diajukan

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri, Zachrie Ahmad, membenarkan bahwa pelaksanaan konservasi ini merupakan tindak lanjut dari usulan Pemerintah Kota Kediri yang telah diajukan sejak 2018.

“Kami sudah mengajukan permintaan konservasi sejak beberapa tahun lalu. Namun karena padatnya agenda di Balai, baru tahun ini kami mendapat giliran,” jelas Zachrie.

Ia juga menambahkan bahwa Pemkot Kediri menyambut baik program konservasi ini sebagai langkah penting dalam menjaga warisan budaya daerah.

“Gua Selomangleng merupakan situs yang memiliki nilai sejarah tinggi dan sering dijadikan lokasi wisata budaya serta ziarah. Karena itu, perawatan dan pelestariannya sangat penting untuk mendukung pariwisata berkelanjutan,” tandasnya.

Langkah Awal Menuju Pelestarian Jangka Panjang

Konservasi Gua Selomangleng ini menjadi titik awal dari serangkaian rencana pelestarian lainnya yang diharapkan bisa menjangkau lebih banyak situs budaya di wilayah Jawa Timur. BPK Wilayah XI menyatakan akan melakukan monitoring berkala pasca-konservasi dan mendorong edukasi masyarakat agar tidak melakukan aktivitas yang merusak situs sejarah.(red.a)

Posting Komentar

0 Komentar